Dalam dunia investasi saham, dilusi saham adalah salah satu konsep yang penting dipahami dengan baik oleh investor. Oleh sebab itu, artikel ini akan mengajak Anda menjelajahi lebih dalam apa sebenarnya dilusi saham, mengapa saham terdilusi, dan bagaimana dampak dilusi saham terhadap portofolio investasi Anda. Mari kita gali lebih dalam terkait konsep satu ini.
Apa Itu Dilusi Saham?
Pertama, mari kita bahas secara mendasar dulu tentang apa itu dilusi saham. Dilusi saham adalah penurunan persentase kepemilikan saham yang sudah ada akibat perusahaan menerbitkan saham baru. Saham baru yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut meningkatkan jumlah saham yang tersedia, sehingga menyebabkan nilai saham yang ada akan turun atau menjadi terdilusi.
Penyebab Dilusi Saham
Fenomena dilusi saham tentu saja membuat investor bertanya-tanya apa yang menjadi penyebab dari fenomena ini. Dilusi saham disebabkan oleh beberapa pemicu mulai dari penawaran saham perdana (IPO), right issue yang merupakan hak untuk memesan efek lebih dahulu, atau konversi utang dengan opsi saham yang sering membuat saham terdilusi. Secara lebih jelas, mari kita bahas satu persatu.
Dilusi Saham yang Disebabkan IPO (Initial Public Offering)
Penawaran saham perdana (IPO). IPO adalah proses penawaran saham perusahaan kepada publik untuk pertama kalinya yang menjadi salah satu penyebab terjadinya dilusi saham. IPO dapat menyebabkan dilusi saham karena jumlah saham yang beredar akan meningkat karena akan ditawarkan kepada publik.
Contoh dilusi saham saat IPO adalah sebagai berikut PT ABC adalah perusahaan yang baru IPO. Saat IPO, PT ABC menerbitkan 100 juta saham dengan harga Rp1.000 per saham. Jika investor A membeli 10 juta saham PT ABC saat IPO, maka kepemilikan saham investor A adalah 10% (10 juta saham / 100 juta saham).
Dilusi Saham Akibat Right Issue
Rights issue adalah salah satu faktor yang sering menjadi menyebabkan terjadinya dilusi saham. Rights issue adalah hak memesan efek terlebih dahulu yang diberikan kepada pemegang saham lama untuk membeli saham baru dengan harga yang lebih murah daripada harga pasar. Rights issue dapat menyebabkan dilusi saham jika pemegang saham lama tidak berpartisipasi saat right issue dilakukan.
Misalnya, PT DEF adalah perusahaan yang menerbitkan rights issue. Dalam rights issue tersebut, PT DEF menerbitkan 50 juta saham baru dengan harga Rp1.000 per saham. Jika investor B memiliki 10 juta saham PT DEF sebelum rights issue, maka investor B memiliki hak untuk membeli 5 juta saham baru dengan harga Rp500 per saham. Jika investor B tidak berpartisipasi dalam rights issue, maka jumlah saham beredar akan meningkat menjadi 150 juta saham dan kepemilikan saham investor B akan turun menjadi 6,7% (10 juta saham / 150 juta saham). Peningkatan jumlah saham beredar dan jumlah kepemilikian ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya right issue.
Dilusi Akibat Konversi Obligasi Menjadi Saham
Konversi obligasi atau surat utang menjadi saham. Obligasi atau surat utang dapat dikonversi menjadi saham oleh pemegang obligasi atau surat utang. Konversi obligasi atau surat utang menjadi saham dapat menyebabkan dilusi saham karena jumlah saham yang beredar di pasar akan meningkat.
Misalnya, PT GHI adalah perusahaan yang memiliki obligasi yang dapat dikonversi menjadi saham. Obligasi tersebut memiliki nilai nominal Rp100 miliar dan dapat dikonversi menjadi 10 juta saham dengan harga Rp10.000 per saham. Jika pemegang obligasi PT GHI memutuskan untuk mengkonversi obligasinya menjadi saham, maka jumlah saham beredar akan meningkat menjadi 110 juta saham.
Pemberian Opsi Saham kepada Pihak Lain
Pemberian opsi saham kepada karyawan atau pihak lain menjadi salah satu faktor penyebab dilusi saham. Opsi saham adalah hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam jangka waktu tertentu. Pemberian opsi saham kepada karyawan atau pihak lain dapat menyebabkan dilusi saham karena jumlah saham yang beredar di pasar akan meningkat.
Misalnya, PT JKL adalah perusahaan yang memberikan opsi saham kepada karyawannya. Opsi saham tersebut memberikan hak kepada karyawan untuk membeli saham PT JKL dengan harga Rp1.000 per saham dalam jangka waktu 5 tahun. Jika karyawan PT JKL memutuskan untuk menggunakan opsi sahamnya, maka jumlah saham beredar akan meningkat.
Dampak Dilusi Saham
Dampak dilusi saham memiliki cakupan yang cukup luas sehingga fenomena ini menjadi perhatian banyak orang. Dilusi saham sendiri memiliki dampak positif dan negatif, di satu sisi dilusi saham berdampak positif bagi perusahaan karena mendapatkan katalis berupa modal sehingga mereka dapat berinovasi untuk meningkatkan nilai saham. Akan tetapi, delusi saham juga berdampak negatif karena menyebabkan penurunan persentase kepemilikan dan nilai saham.
Jadi, apakah dilusi saham ini akan membawa hujan berkah atau badai bagi portofolio investasi? Mari kita telusuri lebih jauh!
Dampak Positif
- Peningkatan Modal Perusahaan
Peningkatan modal perusahaan. Penambahan modal dari penerbitan saham baru dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengembangkan usahanya. Pengembangan usaha dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan nilai sahamnya.
Misalnya, PT ABC menerbitkan rights issue untuk mengumpulkan dana sebesar Rp50 miliar. Dana tersebut akan digunakan PT ABC untuk mengembangkan usahanya, seperti membuka cabang baru dan berinvestasi dalam teknologi baru. Jika pengembangan usaha PT ABC berhasil, maka kinerja perusahaan akan meningkat dan nilai sahamnya akan naik.
- Peningkatan Likuiditas Saham
Peningkatan likuiditas saham. Penambahan jumlah saham yang beredar di pasar dapat meningkatkan likuiditas saham. Likuiditas saham yang tinggi membuat saham lebih mudah dijual dan dibeli.
Misalnya, PT DEF adalah perusahaan yang memiliki saham dengan likuiditas yang rendah. Jika PT DEF menerbitkan rights issue, maka jumlah saham yang beredar di pasar akan meningkat. Hal ini dapat meningkatkan likuiditas saham PT DEF, sehingga saham PT DEF akan lebih mudah dijual dan dibeli.
Dampak Negatif
- Penurunan Persentase Kepemilikan Saham
Penurunan persentase kepemilikan saham. Dilusi saham menyebabkan persentase kepemilikan saham investor akan menurun. Hal ini dapat mengurangi pengaruh investor terhadap perusahaan.
Misalnya, investor A memiliki 10 juta saham PT ABC sebelum IPO. Jika PT ABC menerbitkan 50 juta saham baru, maka kepemilikan saham investor A akan turun menjadi 6,7%. Hal ini berarti investor A memiliki pengaruh yang lebih kecil terhadap PT ABC.
- Penurunan Nilai Saham
Penurunan nilai saham. Dilusi saham dapat menyebabkan penurunan nilai saham. Hal ini karena jumlah saham yang beredar di pasar meningkat, sedangkan jumlah laba perusahaan tetap. Peningkatan jumlah saham menyebabkan laba perusahaan dibagi kepada lebih banyak pemegang saham, sehingga laba per saham (EPS) akan menurun. Penurunan EPS dapat menyebabkan nilai saham menurun.
Misalnya, PT GHI memiliki laba bersih Rp100 miliar sebelum konversi obligasi menjadi saham. Jika pemegang obligasi PT GHI memutuskan untuk mengkonversi obligasinya menjadi 10 juta saham, maka jumlah saham beredar akan meningkat menjadi 110 juta saham. EPS PT GHI akan turun dari Rp1.000 per saham menjadi Rp909 per saham (Rp100 miliar / 110 juta saham). Penurunan EPS dapat menyebabkan nilai saham PT GHI menurun.
Contoh Kasus Dilusi Saham
PT XYZ adalah perusahaan yang bergerak di bidang teknologi. PT XYZ menerbitkan IPO di tahun 2023 dengan harga Rp1.000 per saham. Investor C membeli 10.000 saham PT XYZ saat IPO.
Pada tahun 2024, PT XYZ menerbitkan rights issue untuk mengumpulkan dana sebesar Rp50 miliar. Investor C tidak berpartisipasi dalam rights issue tersebut. PT XYZ menerbitkan 50 juta saham baru dengan harga Rp500 per saham.
Akibat rights issue tersebut, jumlah saham beredar PT XYZ meningkat menjadi 150 juta saham. Kepemilikan saham investor C turun menjadi 6,7% (10.000 saham / 150 juta saham). EPS PT XYZ juga turun karena laba perusahaan dibagi kepada lebih banyak pemegang saham.
Cara Menghitung Dilusi Saham
Ada dua cara untuk menghitung dilusi saham dilakuka dengan rumus berikut:
- Persentase Penurunan Kepemilikan Saham
Rumus: ((Jumlah saham lama / Jumlah saham baru) – 1) x 100%
Contoh: (10.000 saham / 150 juta saham) – 1) x 100% = -93,33%
- Penurunan EPS
Rumus: (Laba sebelum dilusi / Jumlah saham baru) – EPS sebelum dilusi
Contoh: (Rp100 miliar / 150 juta saham) – Rp1.000 = Rp667
Diversifikasi Investasi dengan EKUID Securities Crowdfunding
Dilusi saham adalah salah satu risiko yang harus dihadapi oleh investor saham. Untuk mengurangi risiko dilusi saham, investor dapat melakukan diversifikasi investasinya. Diversifikasi berarti menanamkan uang pada berbagai aset atau perusahaan yang berbeda. Dengan demikian, jika nilai saham di satu perusahaan turun karena dilusi, kerugian investor dapat dikurangi oleh kenaikan nilai saham di perusahaan lain.
EKUID adalah platform securities crowdfunding yang membantu investor melakukan diversifikasi investasinya dengan mudah dan aman. EKUID menawarkan peluang investasi pada berbagai proyek UMKM yang potensial dengan minimum investasi yang terjangkau. Investasi di EKUID juga memiliki potensi return investasi hingga 15%, sehingga cocok untuk diversifikasi portofolio Anda.
Dengan berinvestasi di EKUID, Anda tidak hanya berpeluang mendapatkan return yang tinggi, tetapi juga turut berkontribusi terhadap pertumbuhan UMKM Indonesia. Jadi, tunggu apa lagi? Mari berinvestasi bersama EKUID dan terus kembangkan portofolio Anda.